Bahkan kubu petahana sampai pada strategi pengangkatan KH Ma’ruf sebagai cawapres dalam rangka mengantisipasi kemungkinan kubu lawan menggunakan isu agama pada pemilihan presiden 2019.
Berbeda dengan kubu petahana, kubu lawan justru tidak mengakomodir tokoh agama sebagai cawapres sekalipun koalisi mereka sudah memberikan rekomendasi nama beberapa tokoh agama untuk menjadi cawapres. Nyatanya aspirasi mereka sama sekali tidak tersalurkan, justru wakil Gubernur Jakarta yang dipilih menjadi cawapresnya dengan isu mahar politik 1 triliun.
Selain agama hutang juga dijadikan isu oleh kubu non-petahana. Kata hutang dibuat menjadi momok yang menakutkan, bahwa pemerintahan saat ini melakukan kesalahan besar dengan menambah besaran hutang yang sudah ada. Nyatanya hutang bukanlah sebuah hal yang menakutkan, justru hutang merupakan salah satu bentuk dari leverage. Porsi terbesar hutang yang dilakukan pemerintahan saat ini digunakan untuk pembangunan infrasturktur. Bentuknya berupa jalan raya, jalan bebas hambatan, subway, MRT, pelabuhan, Bandar udara dan yang lainya
Sekalipun sudah terlihat fisik dari pembangunan infrastruktur tersebut namun para pendukung non-petahana masih saja mengeluh, dengan mengatakan pembangunan infrastruktur besar-besaran yang dilakukan pemerintah tidak menguntungkan, tidak ada efeknya.
Perlu diketahui bahwa pembangunan infrastruktur bukan berbicara mengenai untung dan rugi. Dalam skala mikro (bisnis) setiap tindakan ekonomi dilakukan dengan tujuan pencapaian keuntungan dengan mengacu pada ROI (return of investment). Pada skala makro, tujuan dari pembangunan adalah untuk menciptakan efek multiplier. Dan efek pembangunan infrastruktur terhadap perekonomian tidak berlangsung secara singkat.
Kubu non petahana juga cukup menitikberatkan isu ekonomi. Cawapres non-petahana bahkan pernah melontarkan kalimat “bentuk tempe sekarang seperti kartu ATM”, sangat tipis. Kalimatnya tersebut menggiring opini publik bahwa harga-harga kebutuhan pokok sangat mahal. Bahwa daya beli masyarakat merosot menurun drastic
Kurs rupiah yang terus melorot belakangan ini juga dijadikan isu. Padahal sebenarnya bukan mata uang rupiah yang melemah, namun US dollar yang menguat terhadap sebagian besar mata uang. Karena perekonomian US sekarang yang sedang menggeliat.
Bukannya memaparkan dan memperkenalkan program yang akan diusung, non-petahana justru selalu berusaha menjatuhkan popularitas pemerintah dengan segala isu dan sentiment yang diciptakannya.
|